Oleh: Ilman Muhtar
(Santri Mu'allimin PPI no 99
Rancabango)
MOHAMMAD NATSIR,
sering disebut M. Natsir, dilahirkan pada tanggal 17 juli 1908 di alahan panjang, lembah gumanti, kabupaten solok,
Sumatra barat, buah cinta dari pasangan suami istri Idris sutan
saripado-Khadijah. Seorang ayah yang mendidik anak laki-lakinya agar mendalami islam dan
mengamalkan apa yang terdapat dalam hadits. Serta dalam adat minangkabau anak laki-laki usia 7-8 tahun harus
sudah tidur sendiri secara tidak sadar akan membentuk
kedewasaannya dan akan muncul sikap mandiri sejak dini.
Didikan
dari orangtuanya ini bahkan menjadi fundamental terhadap islam. M. Natsir telah
dididik oleh orangtuanya dengan dasar agama yang kuat, agar kelak ia bisa
menjadi mujahhid dan sebesar apapun rintangan masalahnya bisa terlewatinya. Bagi kita seharusnya
seorang M. Natsir sudah tidak asing lagi apalagi khususnya di kalangan santri
persis, sosok beliau adalah seorang lelaki yang bisa dijadikan teladan karena
keilmuanya memumpuni dalam bidang keilmuan yang tentu dapat dipertanggung
jawabkan. Karena dengan ilmu yang dimilikinya pencapaianya menjadi perdana
mentri penerangan pada jaman ir.soekarno.
Tetapi beliau ketika menjadi seorang mentri
hidupnya sederhana tidak memanfaatkan uang Negara untuk memenuhi kehidupan dirinya
sendiri. Bahkan disaat namanya menjadi orang terkenal, tidak pernah menolak
orang-orang kecil ketika ingin menemuinya dirumah kediamannya. Hal yang tidak
boleh luput dari ingatan kita dan jangan melupakan bahwasanya beliau sosok
pahlawan yang menyatukan indonesia menjadi NKRI. Serta disaat masih bersekolah
sudah dihadapkan dengan rintangan-rintangan atau merasakan perbedaan sikap guru
terhadap stratifikasi sosial. Tetapi beliau bertekad untuk membuktikan kepada
guru bahwa dirinya sendiri mampu, sampai berani mengajukan sebuah pertanyaan ”apakah
yang boleh maju dan pintar hanyalah anak-anak orang kaya?” semasa masih sekolah
saja sudah terbentuk untuk berpikir kritis.
Setelah
M. Natsir menyelesaikan sekolah memutuskan untuk melakukan perjalanan ke bumi
pasundan di Bandung, Bertemu dengan A. Hassan guru besar persatuan islam. Diperantauan
M. Natsir mulai menambah ilmunya dan mempertajam tentang seputar ke Islam
sampai mewafaqkan diri. Dan mendirikan sekolah Pendis dengan bantuan tokoh
pelopor pendiri persatuan islam H. Muhammad Yunus seseorang yang kaya serta
dermawan.
Selain pernah menjadi guru beliau pun terlihat potensi dalam bidang politik, maka M. Natsir
memutuskan dirinya untuk bergelut didunia politiknya. Walaupun bergelut di
dunia politik tidak serta merta melupakan jalan
dakwahnya bahkan tetap
konsisten, bahkan berteman
dengan lawan bicaranya seperti DN. Aidit dengan paham komunisnya. Meskipun berbeda
paham mereka tidak sampai membeci satu sama lainnya, malah dalam satu
kesempatan duduk bersama dalam satu meja. Selain itu, M. Natsir juga dekat
dengan Ir. Soekarno yang paham Nasionalis.
M. Natsir merupakan sosok
luar biasa yang hidup diantara dua orde, yakni pada masa orde lama dan orde baru
dan memiliki kepribadian yang selalu mengedepakan sopan santun terhadap siapa
saja. Di dalam dirinya bahkan tidak ada rasa ingin membalas perbuatan orang yang telah menjebloskan ke penjara, karena
berbeda pemahaman serta terasa akan mengganggu terhadap sesuatu yang akan
dilakukannya. Beliau adalah Bapak pemersatu Negara Indonesia dengan Mosi
integralnya yang sangat sakral.
Jadi
bisa diambil garis besar bahwasanya kita sebagai seorang santri, harus mampu
meneladani sikap dan perilaku dari sosok beliau ini. Persis pada tahun 2023
akan mencapai satu abad perjalanan, tentu hal itu bukan sebuah perjalanan yang dilalui
dengan mudah. Sebagai seorang generasi pelanjut bukan generasi pengikut, sudah
sampai kemana kita mengenal perjuangan para terdahulu ? dan sudah sampai kita
berani untuk menegakan Al-Qur’an dan As-sunnah. Jangan sampai, tekad kita padam
untuk menyuarakan kebenaran memberantas Takhayul, bid’ah dan churofat. “membaca
tokoh besar akan mendatangkan motivasi untuk diri agar semakin terbentuk dan
jika ingin menjadi orang besar jangan lupakan M. Natsir”
Referensi ;
Lukman Hakiem. 2019. Biografi Mohammad
Natsir : kepribadian, pemikiran, dan perjuangan, Jakarta Timur, PUSTAKA
AL-KAUTSAR.
Tidak ada komentar